Sabtu, 18 Mei 2013

Makalah Kecerdasan Emosional



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Penddikan merupakan sebuah media sosial tempat para peserta didik melakukan kegiatan interaksi sesama  teman sebaya, dan merupakan salah satu media pembelajaran serta pengembangan sikap. Peserta didik yang umumnya terdiri dari individu yang masih berada pada usia transisi antara anak-anak menuju dewasa, terdapat banyak perubahan psikologis yang terjadi. Salah satu perubahan yang menonjol adalah perubahan emosional peserta didik.Hal tersebut merupakan hal yang alamiah dan wajar, namun perlu dikendalikan dan diawasi, karena tiap individu memiliki kecerdasan emosional yang bervariasi.Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, adalah bagian dari tujuan dilaksanakannya pendidikan.Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah pasti tidak semudah yang dibayangkan. Sebab secara formal, proses pendidikan itu sendiri harus dilalui dengan penjenjangan yang boleh dikatan relatif melelahkan namun berdampak positif terhadap pembentukan karakter seseorang, bahkan jatidiri bangsa di sebuah negara.Di Indonesia, misalnya. Pelaksanaan pendidikan sangat diharapkan mampu mewujudkan manusia beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta mengedepankan rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Hal-hal tersebut sangat relevan dengan yang diamanahkan oleh UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Berlandaskan hal tersebut, maka pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin dan bermoral tinggi, demokratis, dan toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa, bukannya perpecahan. Sehingganya, sangat perlu mengasah inteligensi secara terus-menerus.Namun secara spesifik, mencapai tujuan pendidikan seutuhnya ternyata pengembangan intelengensi saja tidak mampu menghasilkan manusia yang utuh.Berbagai hasil kajian dan pengalaman menunjukkan, bahwa pembelajaran komponen emosional lebih penting daripada intelektual.
Jika kualitas pendidikan diharapkan tercapai secara optimal, perlu diupayakan bagaimana membina peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosi yang stabil sebagai penyeimbang dari inteligensi yang ada.Sebab, melalui kecerdasan emosional peserta didik dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri, tidak mudah putus asa, dan dapat membentuk karakter peserta didik secara positif.Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dan budaya adalah keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat.Sedangkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, dan bersikap Jadi pendidikan budaya dan karakteradalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar mampu melakukan proses internalisasi, menghayati nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera,serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.Cepi Triatna (2008:37) menyatakan, pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan karakter, emosi peserta didik akan menjadi cerdas. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan.Dapat digarisbawahi, bahwa tujuan pendidikan, budaya dan karakter bangsa adalah: 1). mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya serta karakter bangsa; 2). mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; 3). menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; 4). mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan 5). mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter  bangsa adalah: 1). Religius; 2). Jujur; 3).Toleransi 4). Disiplin;  5). Kerja keras  6). Kreatif; 7). Mandiri;  8). Demokratis; 9).Rasa ingin tahu; 10). Semangat kebangsaan;  11). Cinta tanah air; 12). Menghargai prestasi;  13). Bersahabat/Komuniktif; 14).Cinta damai; 15).Gemar membaca;   16).Peduli lingkungan; 17).Peduli sosial; dan 18).Tanggung-jawab.
Peserta didik yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosional, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya, sehingga jauh dari nilai-nilai yang diharapkan dalam pendidikan .
Sebaliknya peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional akan membentuk peserta didik yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai pada pendidikan berkarakter.Sehingga dari keseluruhan uraian tersebut di atas, maka sebagai konklusi dapat digambarkan, bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Bahkan kecerdasan emosional dapat ditunjukkan melalui kemampuan seseorang untuk menyadari apa yang dia dan orang lain rasakan.
Kemudian, peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, jarang tertular penyakit, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain, dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik.Dan sekali lagi perlu diingat, bahwa kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mangatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati, serta kemampuan bekerja sama.Pendidikan karakter adalah pendidikan emosi atau pendidikan budi pekerti plus yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
 Dalam pendidikan karakter peserta didik di harapkan memiliki nilai-nilai positif yaitu  1). Religius; 2).Jujur; 3).Toleransi 4). Disiplin;  5). Kerja keras  6). Kreatif; 7). Mandiri;  8). Demokratis; 9).Rasa ingin tahu; 10). Semangat kebangsaan;  11). Cinta tanah air; 12).Menghargai prestasi;  13). Bersahabat/Komuniktif; 14).Cinta damai; 15).Gemar membaca;   16).Peduli lingkungan; 17).Peduli sosial; dan 18).Tanggungjawab.Olehnya itu, agar nilai-nilai tersebut dapat dicapai, maka cara mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik adalah pilihan yang tepat untuk ditempuh.Sebab,dengan mengembangkan kecerdasan emosional, maka tentunya akan membentukpeserta didik yang berkarakter sebagaimana yang diharapkan.
B.      Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional?
2.      Mengapa kecerdasan emosional sangat penting?
3.      Bagaimana peranan kecerdasan emosional terhadap perkembangan?
4.      Bagaimana hubungan serta penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik?
C.      Tujuan
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional.
2.      Mengetahui pentingnya kecerdasan emosional dalam perkembangan peserta didik.
3.      Mengetahui peran kecerdasan emosional terhadap perkembangan peserta didik.
4.      Mengetahui hubungan serta penerapan kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran peserta didik.
D.     Manfaat
Dengan menyadari variasi kecerdasan emosional pada tiap individu, memperluas wawasan tentang penanganan peserta didik yang sedang dalam masa transisi. Sehingga dapat memberikan arahan serta bimbingan untuk menyadari kecenderungan emosi yang terdapat dalam diri sendiri menuju  arah positif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya.Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang(Maliki.2009:15).
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan emosional dapat dikatakan sebagai kemampuan psikologis yang telah dimiliki oleh tiap individu sejak lahir, namun tingkatan kecerdasan emosional tiap individu berbeda, ada yang menonjol da nada pula yang tingkat kecerdasan emosional mereka rendah.Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang psikolog, yakni Peter Salovey dan John Mayer.
Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosinal (EQ) adalah “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan”. (Shapiro, 1998: 8).
Menurut psikolog lainnya, yaitu Bar-On (Goleman:2000: 180), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.Sedangkan Goleman (2002:512), memandang kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intellegence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Jadi dapat diartikan bahwa Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan tetapi juga mampu memahami apa makna dari rasa tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain melihat,serta mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan oleh orang lain dapat kita rasakan juga.
B.      Pentingnya kecerdasan Emosional
Menurut Alan Mortiboys Peter Salovey dan Jack Mayer (1990) Kecerdasan emosional (EQ) meliputi: 1. kemampuan untuk merasakan secara akurat, menilai dan mengekspresikan emosi; 2. kemampuan untuk mengakses dan/atau menghasilkan perasaan ketika ia bersedia berpikir; 3. kemampuan untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional;dan 4. Memampuan untuk mengatur emosi untuk mempromosikan pertumbuhan emosi dan intelektual.Kecerdasan emosi merupakan kecerdasan vital manusia yang sudahsemestinya terus dilatih, dikelola dan dikembangkan secara intens.Karena kecerdasan emosi memiliki kesinambungan yang cukup erat dengan kualitashidup manusia, dimana kecerdasan emosi berkait erat dengan adanya jiwa yang sehat. Sehingga dari jiwa yang sehat tersebut manusia sebagai spesies yang rentan mengalami ketidakbahagiaan akan memiliki peluang jauh lebih besar di dalam memperoleh hidup bahagia.Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang dimilikinya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan yang tergolong rumit.
C.      Peran kecerdasan Emosional dalam perkembangan peserta didik
Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antara masa anak ke masa dewasa.Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi.Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya.
Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri.Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.Kecerdasan emosional juga berkaitan dengan arah yang positif jika remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar seseorang dapat mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap.
D.     Hubungan serta Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.Faktor tersebut antara lain Kepribadian, lingkungan, pengalaman, kebudayaan, dan pendidikan.
pendidikan, merupakan variabel yang sangat berperan dalam perkembangan emosi individu. Perbedaan individu juga dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi atau keadaan individu yang bersangkutan.
Sehubungan dengan hal tersebut  orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik  diharapkan dapat menampilkan sikap berpikir yang tercermin dari cara berpikir yang logis, cepat, mempunyai kemampuan abstraksi yang baik, mampu mendeteksi, menafsirkan, menyimpulkan, mengevaluasi, dan mengingat, menyelesaikan masalah dengan baik, bertindak terarah sesui dengan tujuan,Serta tingkat kematangan yang baik ketenangan. Hal tersebut berkaitan juga dengan kemampuan inteljensia yang baik (IQ).
Apabila dikaitkan dengan prestasi belajar,maka kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang juga turut menentukan prestasi. Individu yang memiliki IQ yang tinggi diharapkan akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, karena IQ seringkali dianggap  modal potensial yang memudahkan seseorang dalam belajar. Maka seringkali muncul anggapan bahwa IQ merupakan faktor yang menunjang prestasi belajar yang baik.Bahkan ada sebagian masyarakat yang menempatkan IQ melebihi porsi yang seharusnya. Mereka menganggap hasil tes IQ yang tinggi merupakan jaminian kesuksesan belajar seseorang sebaliknya IQ yang rendah merupakan vonis akhir bagi individu bahwa dirinya tidak mungkin mencapai prestasi belajar yang baik anggapan semacam ini tidaklah tepat, karena masih banyak faktor yang ikut menentukan prestasi,terutama EQ serta SQ (Spiritual quotient) Anggapan yang tidak tepat tersebut bisa berdampak tidak baik bagi individu karena dapat melemahkan motivasi siswa dalam belajar yang justru dapat menjadi awal dari kegagalan yang seharusnya tidak perlu terjadi.Untuk itu, perlu ditanamkan dalam benak siswa bahwa kesuksesan belajar tidak hanya ditentukan dengan kecerdasan yang dimiliki, tetapi juga bagaimana mengendalikan diri sendiri.
Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran peserta didik dalam penting untuk dilakukan.Dimana peserta didik diarahkan secara perlahan untuk mengembangkan, mengasah serta mengendalikan emosi yang di miliki, sehingga berdampak baik bagi kehidupan siswa tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dalam bidang akademis maupun non akademis.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya.Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, akan membentuk generasi yang berpendidikan berkarakter. Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.Orang yang mampu mengendalikan kecerdasan emosional yang dimilikinya akan memiliki peluang yang lebih baik untuk bisa sukses dan dipastikan lebih tenang dalam menyelesaikan permasalahan yang tergolong rumit.Dengan bertambahnya usia maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang lebih stabil.Kecerdasan emosional juga berkaitan dengan arah yang positif jika remaja dapat mengendalikannya, memang dibutuhkan proses agar seseorang dapat mencapai tingkat kecerdasan emosional yang mantap. Penerapan kecerdasan emosional sangat penting di lakukan dalam proses belajar mengajar, karena di saat individu memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka kemungkinan besar perkembangan individu tersebut akan baik dan berjalan lancar.
B.      Saran
Tingkat kecerdasan emosional tiap individu bervariasi, namun pada dasarnya kemampuan emosional seseorang dapat di tingkatkan melalui proses dan tindakan tertentu. Emosi merupakan keadaan psikologis yang cukup sulit untuk dikontrol, namun tetap perlu di organisir dengan baik sehingga tidak terjadi gangguan yang berbahaya dalam proses perkembangan peserta didik. Orang tua maupun pendidik tidak mungkin selalu mengawasi perkembangan dan tingkah laku peserta didik setiap waktu, selain itu peserta didik pasti akan merasa terganggu dan merasa terbelenggu jika terus menerus diawasi. Mengingat hal tersebut, maka perlu di berikan pemahaman tentang kondisi psikologis dirinya sendiri, serta perlu di berikan arahan dalam menanggapi suatu permasalahan tanpa harus memaksakan kehendak pribadi. Keterbukaan dalam mendengarkan keluhan siswa dan memberikan dukungan moril yang cukup, akan membantu siswa dalam menghadapi transisi sehingga mampu mencapai kondisi emosional yang stabil.untuk hasil jangka panjang,hal tersebut akan sangat membantu peserta didik untuk mengeluarkan potensi terbaik yang di miliki sehingga unggul dalam kehidupan sosial,akademis dan sebagainya. 



DAFTAR PUSTAKA
Gardner,H.1983.Pendidikan Emosional Usia dini.Bandung:C.V Tirta.
Goeleman.2000.Kecerdasan Manusia.Jakarta: Gramedia.
Maliki,S.2009.Manajemen Pribadi Untuk Kesuksesan Hidup.Yogyakarta: Kertajaya.
Shapiro.1998.Kecerdasan Otak Manusia.Jakarta:Kanaya Press.

 

1 komentar: